Wednesday 3 January 2024

 tes

Thursday 17 August 2023


16 Agustus 2023,
Aku tau, bahwasanya hari ini adalah ulang tahunmu.

Hari dimana kamu lahir ke dunia ini dengan tangis haru orang tuamu.

Sengaja aku membungkam. Memilih diam ketimbang mengucap Selamat Ulang Tahun untuk kamu.

Entahlah, aku rasa itu tak ada gunanya. Kamu bukan lagi milikku. Kamu telah dimiliki orang lain, meski sebenarnya namamu masih tersimpan rapi di dalam hatiku. 

Aku hanya ingin memberikan kado terbaik untukmu, yaitu Do'a. Doa agar kamu selalu diberikan kesehatan. 

Daripada harus memberi kado berisi barang yang akan sirna. Do'a adalah kado terbaik sepanjang masa, karena hakikatnya, Do'a bisa membuatmu (dan aku), jauh lebih baik, di dunia, maupun diakhirat.

Selain tak ada gunanya, memberi kado untukmu hanya akan mengalirkan dosa. Dosa untukmu, dan (mungkin) untukmu. Sebab, pada kado itu, akan ada kenangan yang didatangkan.

Sekali lagi, selamat tahun, Untukmu. Untukmu yang pernah singgah di hatiku.
Hingga tulisan ini kubuat, namamu masih tertulis rapi di hatiku.

Semoga, kamu dan suamimu selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT.


Bogor, 16 Agustus 2023.

Friday 28 July 2023



Kemarin, salah seorang santri kelas 7 mendatangiku yang tengah mengecek kamar santri. Ia mendekat dan berkata, "Bang, Danang katanya malam ini mau kabur."


Betapa terkejutnya aku mendengar berita itu. Antara yakin dan enggak yakin, karena Danang saat ini masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Aku kemudian pergi ke kamar Danang. Kudapati dia tengah terbaring karena mengaku sedang sakit di hari itu. Sebenarnya aku pun tak yakin dia sakit beneran apa enggak. Suhu tubuhnya normal, badannya biasa aja, enggak kelihatan lemes.


Aku kemudian mengabari teman-teman pengurus lain yang ada di pondok. Mereka pun berpikiran yang sama denganku. "Enggak mungkin," kata mereka sependapat.


Malam harinya, Danang masih mengaku kalau dirinya masih sakit. Ya udah, akhirnya kami izinin dia istirahat di kamar. Aku meminta teman-teman santri pengabdian untuk memantau Danang biar enggak kabur.


Malam harinya, kami jadi lebih sering mengecek kamar Danang. Sampai masuk waktu Shubuh, dia masih terbaring di kamar.


Pukul 03.30 pagi, kami membangunkan semua santri untuk melaksanakan sholat tahajud. Danang masih ada di ranjangnya. Semua pengurus terfokus untuk mengarahkan santri ke masjid. 


Pukul 05.30, semua santri sedang menyetorkan hafalannya masing-masing. Tiba-tiba seorang santri mendatangiku dan memberitahu kalau Danang udah enggak ada di kamar. Barang-barangnya juga nggak ada.


Ya Allah ....


Oh iya, Danang ini rumahnya di Jakarta Utara. Lumayan jauh kalau dari Leuwiliang, tempat pondok kami. Tapi sayangnya, pondok kami terletak nggak jauh dari terminal yang ada bis jurusan Jakarta Utara.


Aku kemudian mengajak Mas Ton, salah satu pengurus pondok juga, untuk mencari Danang.


Kami tengok setiap sudut di jalan, namun tak ada Danang di sana.


Kami lalu mencari menuju terminal untuk memastikan bahwa Danang belum pergi meninggalkan Leuwiliang.


Benar saja, Danang sudah duduk di dalam bis.


Aku kemudian meminta izin ke sopir bis untuk membawa Danang turun dari bis. Untungnya, sopir bis bisa diajak kerja sama.


Danang melakukan perlawanan. Keputusannya untuk kabur dan pulang ke rumah sudah bulat. Kami kemudian menellfon orangtua Danang untuk meminta izin membawa Danang kembali ke pondok.


Orangtua Danang mengizinkan. Kami kemudian menarik paksa dia agar bisa kembali ke pondok.


Sempat ada keributan di dalam bis, namun karena sopir bis mendukung kami, kami akhirnya bisa membawa Danang keluar dari bis. Barang-barang Danang kami bawa. Danang benar-benar melawan kami.


Sejujurnya, untuk usia 1 SMP, tindakan dia sudah sangat nekad.


Beruntungnya, salah seorang satpam pondok menemui kami saat berada di terminal. Danang kemudian naik motor bersamanya untuk menuju ke pondok kembali.


Beneran deh, capek banget bujukin Danang biar bisa balik lagi ke pondok. 


Siang ini, Danang masih kami minta untuk tidur di kantor asatidz (pengurus pondok) agar lebih gampang kami pantau. Enggak tau deh, semoga habis ini dia berubah pikiran dan mau melanjutkan mondok.


"Titip Danang ya, saya pengin Danang bisa ngaji. Jangan kayak orangtuanya ini yang nggak bisa ngaji. Kami pengin Danang ngasih mahkota buat kami kelak di akhirat."  Pesan dari orangtua Danang itulah yang menjadi motivasi kami untuk menjaga Danang sampai sekarang, meski dari hari pertama masuk, ia selalu meminta pulang.

Sunday 4 June 2023


Pagi ini, seperti biasa, aku memulai hidupku dengan mengucap syukur, sebuah kebiasaan yang diajarkan oleh bapakku sejak aku masih bau kencur.

"Kita hidup harus selalu bersyukur. Kalau terbiasa, kita juga harus bersyukur karena terbiasa bersyukur," begitu katanya.

Aku selalu bersyukur karena dipilih menjadi salah satu manusia di muka bumi ini sebagai manusia yang tidak mudah mengeluh. Aku bersyukur karena oleh Allah, diberikan takdir hidup yang begitu indah, walau kadang tak masuk ke akalku.

Sebuah Curhatan yang tak perlu dibaca
Aku bukanlah orang yang suka bercerita hal sedih kepada orang lain. Bisaku hanya membuat orang-orang di sekitarku senang dan memberikan cerita menyenangkan pada mereka. Maka dari itu, tulisan ini kubuat, sebagai tempat meluapkan kesedihan dan kekecewaan, karena kuyakin, tak akan ada yang membaca tulisan ini.

Aku di dunia nyata dan dunia maya adalah dua orang yang berseberangan sifatnya. Di dunia nyata, aku adalah orang yang selalu ingin tertawa dan bahagia. Di dunia maya, sifatku berubah menjadi orang yang hatinya mudah teriris, melankolis, dan gampang menangis.

Meski aku adalah orang yang suka mendengarkan orang lain bercerita, aku sebenarnya adalah orang yang pemalu. Malu untuk bercerita lisan tentang hal gundah yang sedang terjadi.

...

Sudah tiga hari ini aku tak merasa nyaman dengan suasana hati. Hal ini aku rasakan sejak aku kembali menjalin komunikasi kembali dengan seorang perempuan yang sejak kelas 1 SMP menemani hari-hariku dahulu. Ada rasa senang ketika dia merespon baik komunikasi kami. Namun, ada rasa yang tak dapat dituliskan ketika mengingat bahwa dia saat ini telah sah menjadi milik orang lain.

Ada kenangan mendalam di setiap tulisan yang dikirim olehnya. Sejak 2010 hingga 2022, dia adalah penyemangat yang hadir dalam hidupku. Sebenarnya, hingga saat ini dia masih menjadi penyemangatku, namun ada pagar yang harus kubangun untuk membatasi diri terhadap hal-hal yang tidak wajar.

Aku sudah berusaha memblokir nomornya. Namun rasanya selalu ada rasa penasaran terhadap dia. Rasa penasaran dengan hal yang dilakukannya di setiap menit. Rasa penasaran akan status barunya sebagai istri orang. Rasa penasaran itulah yang kemudian membuatku menonaktifkan keputusanku untuk memblokirnya. Aku tahu itu adalah tindakan yang salah.

Setiap teman memintaku agar segera move on dari dia. Namun sudah empat bulan sejak pernikahannya ini, bayangannya belum bisa hilang sepenuhnya.

Dia benar-benar menghilangkan konsentrasiku beberapa hari ini. 

...

Jam 3 pagi, seperti biasa, aku membangunkan anak-anak santri untuk melaksanakan ibadah sholat tahajud. Pertama, aku membangunkan beberapa santri kelas 3 yang saat ini telah masuk ke masa pengabdian. Ketika memasuki ruang kamar mereka, hanya kudapati beberapa santri yang terbaring lelap di kasur. Sisanya, aku yakin mereka tidur di ruang perpustakaan gedung 2 pondok.

Aku kemudian bergegas menuju ruang perpustakaan. Tubuh menggigil masih menyertaiku sejak semalam terguyur hujan lebat setelah pulang dari kondangan dari tempat salah satu ustadz.

Di ruang perpustakaan, kudapati beberapa santri kelas 3 masih tertidur nyenyak. Aku kemudian membangunkan mereka dengan nada yang cukup keras, tak seperti biasanya. Mereka lalu kuminta untuk menjalankan tugasnya, membangunkan santri kelas 1 dan 2 di asrama.

Aku mengontrol mereka agar tugas dijalankan dengan baik. Sebenarnya mereka menjalankan tugas seperti biasanya. Hanya saja, karena kondisi hati ini sedang kurang baik, mereka lalu kumarahi karena kurasa tadi mereka kurang tegas dalam menjalankan tugas.

Setiap bangun, aku pasti mampir ke kantin dan membeli dua makanan ringan. Satu bungkus untuk aku makan sendiri, satu bungkus lagi kuberikan ke salah satu santri. Tapi tidak untuk beberapa hari ini. Sebagai salah satu santri yang paling aku percaya, ku rasa dia sudah membuat kecewa. Menghilangkan kepercayaan yang diberikan. 

Sebenarnya tidak terlalu mengecewakan, hanya saja, lagi-lagi karena kondisi hati yang sedang tidak baik, membuat kesalahan kecil berasa sangat besar.

Orangtuaku pagi ini menelfon. Sudah beberapa hari ini ternyata aku tak mengirim kabar ke mereka. 

...

Empat bulan. Entah berapa lama lagi aku harus menghilangkan luka ini dari hati. Apakah lelaki boleh serapuh ini dalam urusan hati?