Alhamdulillah, sudah lima bulan berlalu sejak aku dan teman-teman memulai usaha kecil kami, berjualan susu. Lima bulan yang penuh pelajaran, tantangan, dan kebahagiaan yang tak terduga. Usaha ini bukan hanya soal menjual susu, tapi lebih dari itu, sebuah perjalanan berharga yang memberikan banyak pelajaran tentang kehidupan, kerja keras, dan bagaimana menjalani proses dengan ikhlas.
Awal mula kami terjun ke dunia usaha ini berawal dari kebetulan yang tak terduga. Salah seorang teman kami memiliki tempat pengolahan susu di rumahnya. Kami berpikir, “Kenapa tidak mencoba sesuatu yang baru?” Sebuah ide pun muncul untuk menambah rasa pada susu yang dijualnya, menjadikannya lebih unik dan menarik. Tahukah kalian susu yang memiliki berbagai varian rasa, seperti Susu Mbok Darmi? Nah, kurang lebih begitulah konsep usaha yang kami ciptakan. Kami sangat bersemangat, namun di balik semangat itu, banyak sekali tantangan yang harus kami hadapi.
Pencarian tempat untuk berjualan ternyata tidak semudah yang kami bayangkan. Kami sempat mencari lokasi yang strategis, namun harga yang ditawarkan terlalu mahal untuk kantong kami yang terbatas. Di lain waktu, kami menemukan tempat yang lebih murah, namun pengunjungnya sepi. Ada juga tempat yang cukup strategis, namun jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal kami, membutuhkan banyak waktu dan bensin untuk mencapainya. Semua pilihan itu penuh dengan pertimbangan dan kesulitan, namun kami tidak menyerah. Kami tahu bahwa setiap langkah membutuhkan pengorbanan.
Setelah melalui banyak pertimbangan, kami akhirnya memutuskan untuk menyewa tempat di daerah Cikampak, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat kami tinggal, dan harganya pun cukup terjangkau dengan modal yang kami miliki. Dengan penuh semangat, kami mulai membuka usaha ini dan berharap bisa mendapatkan banyak pembeli.
Hari pertama berjualan, kami sangat bersyukur. Allah memberi kami rezeki yang lebih dari cukup. Dalam satu hari saja, kami berhasil menjual 8 liter susu. Setiap liter susu bisa dibagi menjadi 6 gelas, jadi ada 48 pembeli yang datang pada hari pertama itu. Tanpa promosi apapun, hasil yang kami dapatkan sudah melebihi ekspektasi kami. Alhamdulillah, kami langsung menyisihkan keuntungan hari pertama untuk modal hari berikutnya. Kami merasa semangat kami terbayar lunas.
Namun, di pekan kedua, kami mulai merasakan tantangan yang sebenarnya. Kami mulai mencari karyawan untuk membantu kami, bukan karena malas, tapi karena bisnis online kami yang sudah berjalan lebih dulu mulai terbengkalai. Tentu saja, kami merasa bersyukur karena masih bisa melayani pelanggan dengan baik. Tetapi, kami tak bisa menutup mata bahwa pada bulan kedua, hasilnya tidak seperti yang kami harapkan. Kami malah mengalami kerugian, dan setelah melakukan perhitungan, kami menyadari bahwa pendapatan kami tidak cukup untuk menutup biaya operasional.
Meski begitu, kami masih tetap berusaha. Dengan penuh semangat, kami mencoba promo beli 2 gratis 1, namun hasilnya tetap tidak memuaskan. Kami bertanya kepada beberapa pembeli yang sering datang, namun tidak ada masukan yang berarti. Hari-hari kami terus berganti, kadang ramai, kadang sepi, namun setelah dihitung-hitung, jualan kami tetap minus.
Suatu hari, aku mengajak teman-teman untuk berdiskusi. “Apakah kita akan terus lanjut?” tanyaku. “Kita sudah buka dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam, namun hasilnya tak seperti yang kita harapkan. Bahkan tabungan kita semakin berkurang,” lanjutku. Kami semua terdiam. Semangat kami masih ada, namun hasilnya tidak sesuai harapan.
Akhirnya, kami memutuskan untuk menutup usaha susu ini. Mungkin, kami belum menemukan rezeki kami di sana. Mungkin ada pelajaran yang harus kami ambil dari kegagalan ini. Setelah menutup usaha, kami bercerita kepada guru kami. Dari beliau, kami mendapatkan sebuah motivasi yang luar biasa: "Semua orang di dunia ini siap untuk sukses. Tapi tidak semua orang siap untuk gagal. Jika kamu sudah siap untuk gagal, berarti kamu telah melangkah jauh di jalan menuju kesuksesan." Kata-kata itu menggugah kami. Ternyata, kegagalan adalah bagian dari perjalanan yang harus dilalui untuk mencapai keberhasilan.
Dari pengalaman ini, banyak hal yang kami pelajari. Pertama, untuk memulai suatu bisnis, perlu dipikirkan dengan matang. Rasa penasaran dan semangat saja tidak cukup. Strategi dan kerjasama sangat diperlukan. Kedua, pemilihan lokasi sangat menentukan. Kadang apa yang terlihat strategis, belum tentu berhasil setelah dijalankan. Ketiga, pelayanan adalah kunci utama. Meskipun produk kita bagus, tapi kalau pelayanan kita buruk, pembeli pasti akan berpaling. Penampilan yang rapi dan sikap yang ramah akan membuat pembeli merasa dihargai. Keempat, promo sangat penting dalam menarik perhatian pembeli. Jika kita tidak memberi tahu pembeli tentang promo yang ada, mereka mungkin tidak akan tahu dan kesempatan untuk menarik lebih banyak pembeli akan hilang. Kelima, tidak semua kerja keras berujung pada keberhasilan. Ini bukan soal seberapa keras kita bekerja, tapi seberapa besar kita percaya bahwa Allah punya rencana terbaik untuk kita. Keberhasilan itu bukan hanya soal usaha, tetapi juga takdir yang Allah tentukan. Dan yang terakhir, jangan pernah lupa untuk selalu bersyukur dan mengingat Allah. Banyak orang yang lupa pada Allah ketika usahanya sedang sukses, namun Allah selalu ada untuk kita dalam setiap keadaan.
Akhir kata, ini adalah cerita kami, para pemuda yang sedang berjuang untuk menemukan arah dan makna dalam kehidupan. Sebentar lagi, aku akan memasuki usia berkepala dua, dan perjalanan ini memberi banyak pelajaran hidup. Semoga kisah ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua. Jika ada hal baik yang bisa diambil, ambillah. Dan jika ada hal buruk, biarkan ia menjadi pelajaran yang tak ternilai. Mari terus bersemangat dan ingat, setiap langkah yang kita ambil adalah bagian dari perjalanan hidup yang lebih besar. Semoga Allah selalu memberi kemudahan dan keberkahan dalam setiap usaha kita.
Tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan...
ReplyDeleteSoichiro Honda 95% gagal sampai akhirnya mampu mendirikan salah satu perusahaan raksasa dunia HONDA
Enggeh setuju, Pak Dhe. Kalau sudah jatuh, artinya harus bangkit. Hehe
DeletePengalaman yang menarik dan berharga, semoga menjadi pelajaran di masa depan... Semangat dan sukses terus...
ReplyDeleteAamiin, terima kasih doanya, Bang. Semoga kita selalu dilancarkan
DeleteTetap semangat ya mas Lutfi. Setidaknya punya pengalaman berbisnis, dan tahu hasilnya daripada tidak pernah mencoba. Salam ^^
ReplyDeleteIya, Mbak. Dapat pengalaman berharga banget ... Hehe terima kasih sudah berkunjung, Mbak Nova. :)
Deletesemangat upii dkk. Coba buka pas puasa nanti barangkali malah ramai hehehe
ReplyDeleteInsyaAllah puasa nanti buka yg baru, Mas. Hehehe
DeleteMana nomer tiga belasnya? Hmm
ReplyDeletenggak jadi, biar nggk tidur :d
DeleteBe strong mas Upi. Kata bapak saya, begitulah seni berdagang "ngga boleh pantang menyerah nyari peluang sampai kita nemuin passion kita di dagang apa, maju terus." :D
DeleteEh, jangan ditutup dong.... 😩😩
ReplyDeleteYah ... semua sudah terlambat, Mbak ... :D
DeleteSerius tutup? Aku belum beli...
ReplyDeletePas buka nggak beli. Pas tutup mau beli. Hmmm
DeleteTrus blog nya ganti nama?
ReplyDeleteenggak dong. Kan masih bakul kopi
DeleteBisnis itu tak bisa hanya keinginan ya ternyata, harus persiapan dan punya mental kuat. Terus semangat mbak Lutfi
ReplyDeleteuntuk kesekian kalinya, saya dipanggil 'Mbak'
DeleteSemangat Bang Upiiiii
ReplyDeletepeluk dongg
DeleteKo aku ga tau ya!!!
ReplyDeletePrasaan baru kemaren minum susu djo
Berarti tutupnya besoknya kemarin. Lho
DeleteAnak muda Indonesia harus banyak yang model gini berani kerja keras 😍😍
ReplyDeleteMasyaAllah ... terima kasih sharing-nya Ustad Lutfi
ReplyDeletememotivasi sekali biar makin semangat.
Izin share ya
Menginspirasi ...
ReplyDelete