Pendakian pertamaku ke Gunung Butak bersama delapan temanku adalah pengalaman yang akan selalu teringat, bukan hanya karena pemandangannya, tetapi juga karena kejadian konyol yang menimpa diriku. Kami berangkat dari Jombang, semua tampak ceria seperti baru lepas dari sekolah. Aku naik motor bareng Faisal, bergantian nyetir sambil nyanyi lagu rock yang kami ingat dari zaman SMP. Dua jam perjalanan terasa seperti dua tahun ketika kamu bersama teman-teman yang super heboh!
Sesampainya di lokasi awal pendakian, kami semua berkumpul untuk berdoa. Kami berdoa agar pendakian lancar dan tidak ada yang terjatuh, terutama aku yang baru pertama kali mendaki. Saat kami mulai mendaki, semua berjalan lancar—aku bahkan merasa seperti pahlawan pegunungan! Berjalan santai sambil sesekali berhenti selfie, semua tampak sempurna.
Namun, tiba-tiba perutku berulah. Rasanya seperti ada yang berteriak dari dalam, "Ayo, kita harus cepat!" Keringat dingin mengalir di dahi, dan aku mulai berpikir, "Apakah ada toilet di sini?" Malu untuk mengakui hal ini, aku berbisik ke Faisal, "Bro, aku butuh toilet!" Dengan gaya khasnya, Faisal langsung teriak, “Woy, dia mau mencret!” Semua teman langsung menoleh ke arahku dengan ekspresi yang campur aduk antara bingung dan terpingkal-pingkal.
Kondisi air kami juga minim, jadi teman-teman memberi saran yang membuatku semakin merah padam. "Setelah mencret, kamu bisa bersihin dengan batu, bro!" seru Satria sambil ngakak. Dengan semangat yang sudah mulai menguap, aku pun mencari tempat tersembunyi, melangkah sejauh seratus meter dengan harapan tidak ada yang melihatku.
Akhirnya, aku menemukan pohon besar yang seolah menyambutku dengan pelukan hangat. Aku segera menggali lubang kecil di tanah. "Semoga kotoranku bisa terurai dan tidak ditemukan oleh arkeolog di masa depan," batinku sambil mulai beraksi. Setelah menyelesaikan “tugas mulia” itu, aku membersihkan diri dengan batu kering yang ternyata lebih sulit daripada yang kubayangkan. Kuambil buff pelindung kepala dan dengan penuh semangat membersihkan diri. Rasanya lega seperti baru saja mengeluarkan beban 100 kg dari punggungku.
![]() |
Dari kiri ke kanan : Humam, Bang Sat, aku, dan Aldi |
Ketika aku kembali ke teman-teman, mereka sudah menunggu dengan senyum-senyum jahil. "Kamu dari mana, bro? Nggak ada yang menghilang dari jangkauan radar!" seru Aldi sambil tertawa. Kami semua pun tertawa terbahak-bahak, dan aku merasa lebih baik meski sedikit merasa malu. Pendakian dilanjutkan, dan aku merasa lebih ringan, seolah bagaikan burung terbang bebas.
Bagi kalian yang ingin mencoba mendaki, berikut beberapa tips dan trik untuk menghadapi situasi saat ingin buang air besar di gunung:
1. Perencanaan: BAB dulu di toilet sebelum berangkat. Jangan sampai kamu jadi superstar di belakang pohon! Tapi kalau kebeletnya pas di tengah perjalanan, ya mau gimana lagi ... hehehe.
2. Bawa Perlengkapan: Tisu, kantong plastik, dan hand sanitizer adalah sahabat terbaikmu. Jangan sampai ketinggalan!
3. Cari Tempat Terpencil: Saat mules melanda, cari tempat yang jauh dari keramaian. Ingat, ini bukan ajang reality show!
4. Lubang Kecil: Karena di gunung tidak ada toilet, gali lubang kecil. Pastikan kotoranmu bisa terurai dan tidak menjadi artefak bagi generasi mendatang.
5. Bersihkan dengan Baik: Gunakan batu kering atau tisu, dan jangan lupa untuk membuang semuanya ke dalam kantong plastik. Jangan biarkan jejakmu di sana!
No comments:
Post a Comment