Saya merasa sangat senang karena pendakian kali ini bukan hanya perjalanan pribadi, tetapi juga kesempatan untuk berbagi momen berharga bersama teman-teman. Saya mengajak tiga orang: Dicky, teman SMA saya; Jalu, teman SMP saya; dan Rizqi, murid saya. Momen ini sangat berarti karena saya bisa mengajak murid, teman SMP, dan teman SMA secara bersamaan. Tidak hanya itu, mereka akhirnya saling kenal dan menjadi akrab berkat pendakian ini.
Kami memulai perjalanan dari Bogor dengan naik bis dari Terminal Leuwiliang. Dari situ, bis membawa kami menuju Terminal Bandung. Di Bandung, kami menjemput Dicky yang baru saja selesai wisuda di UIN Bandung, dan kami berangkat bersama menuju Majalengka, tempat basecamp Gunung Ciremai berada. Perjalanan dari Bandung ke Majalengka dilakukan di malam hari dan kami tiba di Majalengka sekitar pukul 3 pagi.
Setibanya di Majalengka, kami turun di Terminal Maja dan melanjutkan perjalanan ke basecamp pendakian dengan menaiki mobil colt sewaan. Biaya untuk mobil tersebut adalah 300.000 rupiah untuk empat orang, dan basecamp yang kami pilih adalah Basecamp Apuy. Sesampainya di basecamp, kami harus menunggu hingga pukul 8 pagi untuk melakukan registrasi dan tes kesehatan.
Pada pukul 8 pagi, kami menjalani tes kesehatan dan membayar biaya simaksi sebesar 75.000 rupiah. Biaya tersebut termasuk satu kali makan gratis, yang menjadi tambahan yang menyenangkan di tengah perjalanan. Setelah selesai dengan administrasi dan kesehatan, kami memulai pendakian dengan penuh semangat.
Sepanjang perjalanan, kami menikmati keindahan alam yang menakjubkan. Jalu dan Rizqi, yang baru pertama kali melakukan pendakian, sangat antusias meskipun mereka menghadapi tantangan. Rizqi, murid saya, memulai pendakian di Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat, yang menambah makna perjalanan ini. Kami juga bertemu dengan empat pendaki dari Jakarta bernama Adam, Viar, Rama, dan Alvin, yang kemudian bergabung dengan rombongan kami hingga puncak.
Sebelum tiba di puncak, kami mendirikan tenda di Pos 9 dekat shelter. Pukul 3 pagi, kami memulai perjalanan menuju puncak. Cuaca sangat dingin dan tantangannya semakin berat. Dicky mengalami muntah-muntah karena tidak tahan dengan suhu dingin yang ekstrem, sementara Jalu merasa kedinginan hingga harus menumpuk jaketnya. Suhu yang sangat rendah membuat kami khawatir tidak akan mampu sampai ke puncak.
Namun, dengan semangat saling mendukung dan memberi dorongan, kami akhirnya berhasil mencapai puncak Gunung Ciremai. Perasaan haru dan bangga menyelimuti kami saat menikmati pemandangan menakjubkan dari puncak. Setelah puas menikmati momen di puncak, kami memutuskan untuk turun.
Setibanya di bawah, kami beristirahat sejenak sebelum memutuskan untuk pulang. Kami berpisah dengan rombongan pendaki dari Jakarta dan menyewa mobil colt yang sama untuk kembali ke basecamp. Dari basecamp, kami naik bis ke arah Bandung. Dicky turun di terminal Bandung dan menuju tempat kosnya, sementara saya, Jalu, dan Rizqi melanjutkan perjalanan.
Karena tidak ada bis menuju Bogor, kami akhirnya menginap di masjid dekat terminal Bandung. Saya, Jalu, dan Rizqi tinggal di Pondok Pesantren di Bogor, dengan Jalu dan saya bekerja di sana, sedangkan Rizqi adalah murid kami. Pendakian ini menjadi pengalaman yang tidak hanya mempererat persahabatan tetapi juga memberikan kenangan indah yang akan selalu kami hargai.
No comments:
Post a Comment