Hari Ahad, 13 Oktober 2024, adalah hari yang penuh semangat bagi kami, wali kelas dan santri kelas X di Pondok Pesantren Orenz Miftahul Barokah. Kami merencanakan rihlah ke Curug Cigamea sebagai hadiah setelah ujian tengah semester yang melelahkan. Kami menyewa dua angkot yang masing-masing berisi 14 santri. Suasana ceria langsung terasa ketika kami semua berkumpul di halaman pondok, siap untuk memulai petualangan.
Perjalanan dimulai sekitar pukul 7 pagi, dan kami tahu bahwa jalan menuju Curug cukup menanjak dan berkelok. Setelah beberapa menit, beberapa santri mulai merasakan mabuk kendaraan. Untuk mengatasi hal ini, kami berhenti beberapa kali, memberi mereka kesempatan untuk beristirahat dan menghirup udara segar. Meskipun ada sedikit kesulitan, tawa dan obrolan tetap menghangatkan suasana, menjadikan perjalanan terasa lebih menyenangkan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam, kami akhirnya tiba di parkiran Curug Cigamea. Dari sana, kami harus berjalan kaki selama sekitar 10 menit untuk mencapai lokasi air terjun. Di sepanjang jalan, suara gemuruh air terjun semakin jelas, dan keindahan alam yang kami lihat membuat rasa lelah seakan sirna. Semangat para santri meningkat, dan mereka tidak sabar untuk segera merasakan kesegaran air.
Sesampainya di Curug, kami langsung terpana oleh keindahan alam yang memukau. Air jernih yang mengalir dari pegunungan Halimun dikelilingi oleh pohon-pohon rindang yang sejuk. Kami tidak berkemah, tetapi kami segera mencari tempat yang nyaman untuk mengatur perlengkapan memasak. Faza, Jagat, Ahza, dan Ghani mengambil alih tugas memasak dengan semangat, sementara Dzaka, Faza, dan Ollo bersiap untuk membakar bakso.
Meskipun terlihat mudah, menyalakan arang menjadi tantangan tersendiri karena angin kencang yang membuat api sulit menyala. Namun, dengan usaha dan kerjasama, mereka berhasil menghidupkan api dan bakso pun mulai dipanggang. Aroma yang menggoda segera memenuhi udara, dan semua orang tidak sabar untuk mencicipi hasil masakan mereka.
Sementara itu, beberapa santri lainnya tidak sabar untuk merasakan kesegaran air di Curug. Mereka segera berlari ke kolam alami di bawah air terjun, melompat dan bermain air dengan penuh keceriaan. Teriakan kegembiraan dan tawa mereka membuat suasana semakin hidup. Keindahan alam yang menakjubkan menambah semangat mereka untuk menikmati hari itu.
Setelah puas bermain air, kami semua berkumpul untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan. Bakso yang dibakar dengan sempurna disajikan dengan sambal pedas, dan semua orang tampak menikmati makanan dengan lahap. Di tengah kebersamaan itu, cerita dan canda mengalir, membuat suasana semakin hangat dan akrab di antara kami. Rasanya, semua kepenatan setelah ujian menjadi tidak berarti ketika melihat senyuman di wajah santri.
Usai makan, kami menyempatkan diri untuk berkeliling dan menikmati keindahan sekitar. Beberapa santri mengambil foto bersama, mengabadikan momen indah di depan air terjun. Momen-momen ini semakin menguatkan ikatan di antara kami, membuat semua orang merasa lebih dekat. Dalam hati, aku bersyukur bisa mendampingi mereka dalam pengalaman yang begitu berarti.
Sebelum pulang, kami melakukan sesi foto bersama sebagai kenang-kenangan. Semua santri berkumpul dengan senyum lebar di depan air terjun yang megah. Melihat kebahagiaan di wajah mereka, aku merasa bangga bisa menjadi bagian dari perjalanan ini. Momen ini adalah pengingat bahwa kebersamaan dan pengalaman adalah hal terpenting dalam hidup.
Perjalanan pulang terasa lebih cepat, meski beberapa santri masih merasakan efek mabuk. Namun, suasana tetap ceria, dengan banyak yang membicarakan pengalaman seru dan kenangan lucu sepanjang hari. Ketika kami tiba kembali di Pondok Pesantren, kami pulang dengan hati yang penuh kebahagiaan dan kenangan indah dari rihlah ke Curug Cigamea.
No comments:
Post a Comment